Rabu, 07 Juni 2017

PERAN MAHASISWA DALAM MENCARI SOLUSI PENGEMBANGAN BUDAYA JAWA



PERAN MAHASISWA DALAM MENCARI SOLUSI PENGEMBANGAN BUDAYA JAWA
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen pengampu : Prof. Dr. Sri Suhandjati


Disusun oleh :
Srie Wulandani 1604026040


JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Budaya merupakan hasil kerja pikiran dan perasaan manusia yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa adalah kebiasaan atau adat istiadat yang melekat pada diri Masyarakat Jawa, khusunya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama. Sistem kelekuargaan di Jawa tergambar dalam kekerabatan masyarakat Jawa.
Tentunya harus ada peran yang bisa menyelamatkan budaya pada saat ini, karena banyaknya faktor-faktor pendukung lunturnya budaya Jawa. Budaya Jawa adalah kebiasaan yang dilakukan masyarakat disetiap harinya. Sedangkan kehidupan manusia mengalami perubahan dari masa ke masa. Disinilah peran kita sebagai Mahasiswa untuk kembali membudayakan budaya jawa dan mengembangkannya kembali menjadi budaya yang kental dengan adat istiadatnya.
Dalam tulisan ini, akan dijelaskan tentang apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi lunturnya budaya jawa dan bagaimana peran Mahasiswa dalam mencari solusi untuk pengembangannya. 

B.     Rumusan masalah
1.      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi lunturnya budaya jawa ?
2.      Bagaimana peran mahasiswa dalam mengembangkan budaya jawa ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi luntunya budaya jawa.
2.      Untuk mengetahui bagaimana peran Mahasiswa dalam mencari solusi pengembangan budaya jawa. 



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lunturnya Budaya Jawa.
Masyarakat jawa, atau tepatnya suku bangsa jawa, secara antropologi budaya adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara turun temurun. Masyarakat jawa adalah mereka yang bertempat tinggal  dan berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur[1]. Dan dari setiap sekelompok masyarakat pasti mempunyai kebiasaan atau adat istiadat dalam kesehariannya, atau setiap bulannya, bahkan tahunan, hal ini disebut budaya. Budaya merupakan hasil kerja pikiran dan perasaan manusia yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa adalah kebiasaan atau adat istiadat yang melekat pada diri Masyarakat. Frans Magnis Suseno berpendapat bahwa kebudayaan yang diciptakan oleh masyarakat jawa ialah hasil ciptaan orang jawa sendiri.
Namun dengan seiring berjalannya waktu dan canggihnya teknologi, rasa kecintaan dan tanggung jawab terhadap budaya semakin pudar. Hal ini dikarenakan pesatnya media elektronik yang selalu menayangkan tayangan kebudayaan luar, dan ini tentunya sangat merusak pola pikir generasi muda. Sehingga mereka cenderung melupakan kebudayaannya sendiri dan beralih ke kebudayaan luar. Ada pula faktor internalnya ialah kurangnya kesadaran dari diri sendiri untuk mencintai dan menjaga kelestarian budaya yang ada. Mereka cenderung cuek terhadap budaya yang ada. Tapi tidak sedikit pula daerah yang masih kental kebudayaan jawanya.
Budaya jawa yang berkembang di daerah Yogya dan Solo mempunyai corak khusus yang bersumber dari budaya Kraton. Selain dibidang seni dan sastranya, juga memiliki kecenderungan pada sinkretisme dalam kehidupan keagamaannya. Budaya jawa yang berkembang di Kraton juga dikenal lebih halus karena terikat dengan unggah-ungguh atau tatakrama yang dibuat oleh Raja atau pujangga Kraton. Hal ini dikarenakan Raja dalam masyarakat jawa menduduki strata paling atas, sehingga bahasa jawa yang dikembangkan di Kraton juga berdasar pada stratifikasi sosial masyarakat jawa, yaitu menempatkan Raja dan kaum bangsawan pada level atas[2].
B.     Peran Mahasiswa dalam Mencari Solusi Pengembangan Budaya Jawa.
Kita sebagai mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-budaya luar. Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan Negara Bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi peran mahasiswa dalam peran pelestarian seni dan budaya daerah dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu jalur intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Jalur intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah sebagai substansi mata kuliah ; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui pemanfaatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kesenian dan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.
a.       Jalur Intrakurikuler
Untuk mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah diperlukan adanya pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah. Tanpa adanya pemahaman yang baik terhadap hal itu, mustahil mahasiswa dapat menjalankan peran itu dengan baik. Peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah dapat dilakukan melalui jalur intrakulikuler, artinya seni dan budaya daerah dijadikan sebagai salah satu substansi atau materi pembelajaran dalam satu mata kuliah atau dijadikan sebagai mata kuliah. Kemungkinan yang pertama dapat dilakukan melalui mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) bagi mahasiswa program studi eksakta, juga mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dan Antropologi Budaya bagi mahasiswa program studi Ilmu Sosial. Dalam dua mata kuliah itu terdapat pokok bahasan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah yang tentang manusia dan kebudayaan, manusia dan peradaban dan manusia.
Kemungkinan yang kedua tampaknya telah diakomodasi dalam kurikulum program studi yang termasuk dalam rumpun ilmu budaya seperti program studi di lingkungan Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya. Beberapa mata kuliah yang secara khusus dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap seni dan budaya daerah adalah mata kuliah Masyarakat dan Kesenian Indonesia, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, dan Masyarakat dan Kebudayaan Pesisir. Melalui mata kuliah itu, mahasiswa dapat diberi penugasan untuk melihat, memahami, mengapresiasi mendokumentasi, dan membahas seni dan budaya daerah. Dengan kegiatan-kegiatan semacam itu, pemahaman manusia terhadap seni dan budaya daerah akan meningkat yang juga telah melakukan pelestarian.
b.      Jalur Ekstrakurikuler
Lembaga Kemahasiswaan itu merupakan wahana yang sangat strategis untuk upaya-upaya tersebut, karena mereka adalah mahasiswa yang benar-benar berminat dan berbakat dalam bidang seni tradisi, salah satunya yaitu seni dan tradisi jawa. Latihan-latihan secara rutin sebagai salah satu bentuk kegiatan UKM kesenian daerah yang pada gilirannya akan berujung pada pementasan atau pagelaran merupakan bentuk nyata dari pelestarian seni dan budaya daerah. Forum-forum festival seni mahasiswa semacam Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (Peksiminas) merupakan wahana yang lain untuk pengoptimalan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Adapun peran mahasiswa dalam pelestarian budaya jawa yaitu :
a.       Adanya kemauan untuk mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikannya dalam kehidupan kita.
b.      Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan.
c.       Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat bertahan.
d.      Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain.
e.       Mempraktikan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya berbahasa.
f.       Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita miliki.
g.      Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme.
Dengan demikian, budaya jawa yang diakui mempunyai ajaran yang perlu direvitalisasi, sehingga bisa digunakan untuk membangun perekonomian maupun moral bangsa. Cinta tanah air dan budaya daerah maupun nasional harus dibina melalui pelestarian nilai-nilai luhur yang terdapat dalam budaya lokal atau nasional.  Pewarisan nilai-nilai luru yang terkandung dalam budaya lokal kepada generasi penerus bangsa dapat dilakukan melalui tiga pusat pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat[3].
Manakala masing-masing individu dapat melaksanakan tatakrama terhadap dirinya, maka akan terbentuklah keluarga dan masyarakat yang saling menghormati sebagaimana yang diajarkan dalam Islam dan budaya jawa. Oleh karena itu, revitalisasi dalam tatakrama jawa perlu didukung dengan nilai-nilai agama. Karena ketentuan agama lebih mengikat bagi pemeluknya. Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang paling mulia diantara manusia adalah yang paling baik budi pekerti (akhlaknya). Maka perpaduan antara nilai Islam dan nilai Jawa dalam tatakrama jawa yang telah ditulis oleh ulama atau pujangga kraton, perlu digali dan dilestarikan.




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat kita sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peranan budaya lokal kita ini dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Padahal sesungguhnya Budaya lokal yang kita miliki ini dapat menjadikan kita lebih bernilai dibandingkan bangsa lain karena betapa berharganya nilai-nilai budaya lokal yang ada di negara ini. Tugas kita sebagai pemuda penerus bangsa harus bisa menjaga budaya kita ini, dengan cara kita harus lebih tanggap dan peduli dengan kebudayaan yang ada di Indonesia ini, memahami arti kebudayaan dan menjadikan keragaman budaya sebagai sumber kekuatan bangsa dan kekayaan bangsa supaya kebudayaan di negara kita ini tidak dicuri oleh negara lain. Setelah kita menahami apa arti kebudayaan itu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan memperkenalkannya kepada dunia bahwa ini Indonesiaku, negeri dengan sejuta budaya.



















DAFTAR PUSTAKA
Suhandjati, Sri. Islam dan Kebudayaan Jawa Revitalisasi Kearifan Lokal. Semarang; Karya Abadi Jaya. 2015
Jamil, Abdul. Mas’ud, Abdurrahman , dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: GAMA MEDIA 2002


[1] Abdul Jamil, Abdurrahman  Mas’ud, dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: GAMA MEDIA, 2002), h. 3
[2] Sri Suhandjati, Islam Dan Kebudayaan Jawa Revitalisasi Kearifan Lokal (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), h. 25
[3] Ibid,. h. 140

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN MAHASISWA DALAM MENCARI SOLUSI PENGEMBANGAN

PERAN MAHASISWA DALAM MENCARI SOLUSI PENGEMBANGAN BUDAYA JAWA MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Islam dan B...