Rabu, 07 Juni 2017

Ilmu Pendidikan Islam



I.         PENDAHULUAN
Pendidikan Islam akan membawa manusia pada derajat ulul albab, yakni manusia yang “berdzikir dan sekaligus berfikir, berfikir dan sekaligus berfikir”[1]. Paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini sudah bergeser, yaitu yang semula mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu semata-mata pada kekayaan sumber daya alam (SDA), menjadi mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia.
Adanya paradigma baru mengharuskan suatu bangsa memperkuat sektor pendidikan. Kemajuan suatu bangsa mengharuskan adanya sumber daya manusia yang unggul, dan adanya manusia yang unggul mengharuskan adanya pendidikan yang unggul, dan adanya pendidikan yang unggul engharuskan adanya berbagai kompetensi atau aspek pendidikan yang unggul pula. Kepada pendidikan yang unggul itulah harapan untuk membangun bangsa yang unggul akan diwujudkan[2]
Oleh karena itu konsep pendidikan islam termasuk tanggung jawab dan kriteria keberhasilan pendidikan islam sangat di perlukan, supaya tujuan pendidikan islam bisa tercapai.
II.      RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana tanggung jawab dalam pendidikan Islam?
2.      Bagaimana kriteria keberhasilan pendidikan Islam dalam teori dan praktek?
3.      Bagaimana pandangan Islam tentangkeberhasilan?
III.   PEMBAHASAN
A.    Tanggung Jawab Pendidikan Islam
Tanggung jawab pendidikan dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban melaksanakan pendidikan. Karena itu tanggung jawab pendidikan dalam Islam adalah kewajiban melaksanakan pendidikan menurut pandangan Islam. Kewajiban melaksanakan pendidikan itu direalisasikan dalam wujud memberikanbimbingan.[3]
Dalam GBHN (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978), berkenaan dengan pendidikan dikemukaan antara lain sebagai berikut : “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.[4]
Kegiatan pendidikan dapat berlangsung di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut ikut bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan rohani dan jasmaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan dan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Allah, makhluk sosial dan sebagai individu.
Keberadaan lembaga-lembaga tersebut merupakan syarat mutlak atau conditio sine qua non untuk memikul tugas tanggung jawab yang kultural edukatif yang semakin berat terhadap anak didik atau masyarakat. Semua tugas dan tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dengan segala jenisnya berhubungan erat dengan 3 macam tuntutan hidup muslim, yaitu:
1.    Membebaskan manusia dari siksaan api neraka.
2.    Membina umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup di dunia dan akhirat yang diidam-idamkan oleh semua orang yang beriman dn bertaqwa.
3.    Membentuk pribadi manusia yang memancar sinar keimanan dan satu sama lain mengembangkan hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada Allah serta yang kaya dirinya dengan ilmu pengetahuan.[5]
Pendidikan bukan hanya sepenuh nya ditanggung oleh pihak sekolah, akan tetapi, keluarga dan masyarakatpun ikut berkiprah, terutama keluarga. Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak-anak didik di dalam perkembangan dari daya-daya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan dan bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.[6]
Dalam uraian ini akan dikemukakan secara berturut  turut tanggung jawab pendidikan orang tua, sekolah, dan masyarakat, yaitu :
1.    Tanggung Jawab Orang Tua/Keluarga
Keluarga adalah sanak saudara.Yaitu suatu sistem kehidupan dan bagian terkecil dari masyarakat. Orang tua juga bisa di sebut sebagai pendidik yang pertama dan utama,ini disebabkan karena dari awal kehidupan anak telah mengenal dan mempercayai, dengan merasa lebih nyaman dengan orang tuanya. Ini di karena kan orang tua bertanggung jawab sebagai pelindung  bagi kehidupan anak-anaknya.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi terselenggaranya pendidikan. Bahkan di tangan orang tualah pendidikan anak ini dapat terselenggara.
Allah SWT berfirman dalam Q.S At-Tahrim ayat6 yang artinya:
“hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Rasulullah SAW bersabda:
حَقُّ الْوَالِدِعَلَى الْوَالِدِاَنْ يُحْسِنَ اِسْمَهُ وَاَدَّبَهُ وَاَنْ يُعَلِّمَهُ الْكِتَابَةَ وَالسِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ وَاَنْ يُزَوِّجَهُ اِذَااَدْرَكَ. (رواه الحاكم)
“kewajiban orang tua kepada anaknya yaitu member nama yang bagus, mengajari sopan santun, baca-tulis, berenang, dan memanah, serta mengawinkannya apabila ia telah dewasa”. (H.R Hakim)

Berdasarkan kedua nash tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk anaknya. Dengan demikian orang tua memikul beban tanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak. Ia tidak dapat melepaskan begitu saja tugas ini kepada orang lain, dengan jalan menyerahkan tugas ini kepada sekolah atau pemimpin-pemimpin masyarakat. Sekolah dan pemimpin masyarakat hanya menerima limpahan tugas dari orang tua saja, tetapi diluar dari limpahan tersebut orang tua masih memiliki tanggung jawab yang besar bagi pendidikan anaknya.
Tanggung jawab pendidikan Islam yang harus dipikul oleh orang tua sekurang-kurangnya ialah sebagai berikut:
a.         Memelihara dan membesarkan anak. Ini merupakan bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua, dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b.         Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan serta tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
c.         Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
d.        Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.[7]
2.    Tanggung Jawab Sekolah
Sekolah atau madrasah adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga. Sekolah berfungsi untuk membantu keluarga menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada anak-anak yang berhubungan dengan sikap dan kepribadian yang mulia serta pikiran yang cerdas, sehingga nantinya akan menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat sesuai dengan tuntutan dan tata laku masyarakat yang berlaku seiring dengan tujuan pendidikan seumur hidup.
Sekolah tidak lain merupakan gambaran makro bagi rumah tangga, karena anak mendapatkan kawan bergaul dan mendapatkan guru selaku orang tua yang menemani dalam bermain, memberi tuntunan dan motivasi, bersikap lemah lembut dan kasih sayang. Guru yang selalu menasehati setiap saat tentang apa yang memberikan manfaat dan yang mendatangkan mudlarat, mengarahkan anak-anak kejalan yang lurus, menjelaskan apa yang terasa sulit dan menjawab segala permasalahan yang diajukan anak-anak dan masih banyak lagi tugas seorang guru.
Guru di sekolah disebut juga sebagai pengganti orang tua yang penuh kasih sayang, pendidik yang bijaksana dan penuntut yang ikhlas dan sebagai teman yang penuh kesetiakawanan. Karena begitu tinggi nilai dan kewajiban yang diemban oleh seorang guru yang dibekali dengan sifat-sifat kesucian dan kehormatan maka Imam Ghazali di dalam kitabnya Fatihatul Ulum dan Ihya Ulumuddin menempatkan guru langsung sesudah kedudukan para Nabi, sebagimana sabda Nabi SAW:
اِنَّ مَدَادَالعُلَمَاءِلِخَيْرٌمِنْ دِمَاءِالشُّهَدَاءِ
“Tinta para ulama’ lebih baik dari darahnya para Syuhada”.
Seorang guru yang memilih profesi di bidang pendidikan sesungguhnya adalah memilih pekerjaan yang terhormat dan sangat penting karena ia sebagai spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid dengan memberikan santapan rohani dengan ilmu dan pendidikan akhlak yang mulia. Jadi, tugas dan tanggung jawab sekolah yang dikendalikan oleh kepala sekolah dan guru bukanlah hanya mendidik kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya tetapi lebih dari pada itu yakni menanamkan sikap individu dan nilai-nilai pendidikan lainnya yang sesuai dengan tuntunan masyarakat.[8]
3.    Tanggung Jawab Masyarakat
Masyarakat adalah sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan budaya, agama dan pengalaman-pengalaman yang sama serta memiliki sejumlah penyesuaian dalam ikut memikul tanggung jawab pendidikan secara bersama-sama.
Masyarakat adalah lembaga ketiga setelah keluarga dan sekolah untuk memberikan pengaruh dan arahan terhadap pendidikan anak-anak. Secara tidak langsung anak-anak menerima pendidikan dari para pemimpin masyarakat, pemimpin agama, penguasa yang ada dalam masyarakat untuk membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan sikap, kesusilaan dan kemasyarakatan serta keagamaan anak. Dengan demikian, tanggung jawab pengelolaan yang merupakan tanggung jawab moral untuk menyampaikan isi ajaran agama Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Rosulullah SAW bersabda:
بَلِّغُوْاعَنِّى وَلَوْ اَيَةً (رواه بخرى)
“Sampaikanlah olehmu daripadaku, walaupun hanya satu ayat”. (H.R Bukhari)
Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, menyuruh yang ma’ruf melarang yang munkar di mana tanggung jawab manusia melebihi perbuatan-perbuatannya dan maksudnya, sehingga mencakup masyarakat tempat ia hidup dan alam di sekelilingnya Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawab tentang apa yang berlaku pada masyarakatnya dan apa yang terjadi di sekelilingnya atau terjadi dari orang lain. [9]
B.       kriteria keberhasilan pendidikan Islam
Di dalam sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan Al-Sunnah dijumpai berbagai isyarat dan petunjuk yang menggambarkan adanya keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Mengukur keberhasilan belajar-mengajar dari segi penguasaan pengetahuan kognitif, sebagaimana yang diperlihatkan dalam surat Al-Baqarah ayat 30-31 yang menggambarkan tentang keberhasilan Nabi Adam as. Dalam menguasai pengetahuan (kognitif) yang diberikan tuhan.
2.      Mengukur keberhasilan belajar-mengajar dari segi ranah efektif, sebagaimana yang terlihat pada surat ayat yang menceritakan tentang Nabi Musa as. Yang melepas sandalnya ketika di bukit Sinai (Thur al-Sinin).
3.      Mengukur keberhasilan pengajaran dari segi psikomotorik sebagaimana terlihat pada surat dan ayat yang menceritakan kemampuan Nabi Nuh as. Membuat kapal yang besar dalam rangka memerintahkan perintah Tuhan.
4.      Kemampuan Spiritual, sebagaimana yang terlihat pada surat yusuf ayat yang menceritakan tentang kemampuan Nabi Yusuf , dalam mengendalikan hawa nafsu saat ia digoda oleh seorang wanita bangsawan yang cantik jelita.
5.      Kemampuan mengendalikan emosi yang negatif, sebagaimana yang terlihat pada surat ayat yang menceritakan tentang kesabaran Nabi Ayub dalam menerima ujian dari Allah SWT.
6.      Kemampuan menumbuhkan kepedulian dan kepekaan untuk mempertahankan nilai-nilai luhur yang universal, sebagaimana terlihat pada surat ayat yang menceritakan tentang kesediaan Ashbab al-Ukhdud untuk rela mati membela kebenaran.
7.      Kemampuan menumbuhkan rasa empati, kepekaan, dan kepedulian sosial untuk membantu sesama saudaranya dalam berbagai keadaan senang maupun susah, sebagaimana yang diperlihatkan dalam surat ayat tentang kerelaan kaum anshar membagi harta benda dan lainnya kepada kaum muhajirin
8.      Kemampuan dan ketinggian spiritual Nabi Isa, ketabahan Nabi Yunus, keberanian Nabi Daud, kepasrahan Nabi Ismail, ketabahan Nabi Ibrahim ketika menghadapi siksaan Raja Namrudz, kesempurnaan akhlak Rosulullah SAW. Dan lain sebagainnya.[10]
C.     Pandangan Islam tentang keberhasilan Pendidikan
Islam menyatakan bahwa manusia lahir di dunia membawa “pembawaan” yang disebut “fitrah”. Fitrah ini berisi “potensi untuk berkembang”. Potensi ini dapat berupa keyakinan beragama, perilaku untuk menjadi baik ataupun menjadi buruk dan lain sebagainya yang kesemuanya harus dikembangkan agar ia bertumbuh secara wajar sebagai hamba Allah.
Rosulullah bersabda :
كل مولود يولد على الفطرة فابوه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه
Artinya:
semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bakat keagamaan), maka terserah kepada kedua orang tuanya untuk menjadikannya beragama Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.
Allah berfirman : Artinya: “ dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Islam sangat memperhatikan segi pembawaan atau keturunan karena itu melarang umatnya kawin dengan kerabat dekat sebab kawin yang demikian ini dapat menghasilkan keturunan yang lemah.
Di samping keturunan Islam juga menekankan kepada pendidikan dan usaha diri manusia untuk berusaha agar mencapai pertumbuhan yang optimal.
Dengan demikian menurut islam perkembangan kehidupan manusia bahkan bahagia atau celaka hal ini ditentukan oleh pembawaan, lingkungan dan usaha (aktifitas) manusia itu sendiri dalam mengusahakan perkembangannya. [11]
IV.   KESIMPULAN
1.      Tanggung Jawab Pendidikan Islam
a.       Tanggung Jawab Orang Tua/Keluarga
b.      Tanggung Jawab Sekolah
c.       Tanggung Jawab Masyarakat
2.      kriteria keberhasilan pendidikan Islam
a.         Mengukur keberhasilan belajar-mengajar dari segi penguasaan pengetahuan kognitif,.
b.  Mengukur keberhasilan belajar-mengajar dari segi ranah efektif,
c.   Mengukur keberhasilan pengajaran dari segi psikomotorik.
d.      Kemampuan Spiritual,
e.       Kemampuan mengendalikan emosi yang negatif
f.       Kemampuan menumbuhkan kepedulian dan kepekaan untuk mempertahankan nilai-nilai luhur yang universal,
g.      Kemampuan menumbuhkan rasa empati, kepekaan, dan kepedulian sosial
h.      Kemampuan dan ketinggian spiritual
3.      Pandangan Islam tentang keberhasilan Pendidikan
Dengan demikian menurut islam perkembangan kehidupan manusia bahkan bahagia atau celaka hal ini ditentukan oleh pembawaan, lingkungan dan usaha (aktifitas) manusia itu sendiri dalam mengusahakan perkembangannya
V.      PENUTUP
Demikian dari makalah kami. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karen itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan kita semua. Amin..







                                                                                                                



[1]Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm iii
[2] Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 1
[3] Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)., hal. 308.
[4]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)., hal.34.
[5] Abdul Malik Kaim Amrullah dan Djumransyah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi, (Malang: UIN-Malang Perss, 2007)., hal. 83.
[6]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,.., hal.34.
[7]Sudiyono, IlmuPendidikan Islam Jilid I,...,hal. 309-310.
[8]Abdul Malik Kaim Amrullah dan Djumransyah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi,.., hal. 93-95.
[9] Abdul Malik Kaim Amrullah dan Djumransyah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi,.., hal. 98-99..
[10] Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran,...hlm 318
[11]Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: FITK UIN Walisongo Semarang, 2002), hlm 127-129.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN MAHASISWA DALAM MENCARI SOLUSI PENGEMBANGAN

PERAN MAHASISWA DALAM MENCARI SOLUSI PENGEMBANGAN BUDAYA JAWA MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Islam dan B...