Nama : Tegar Ahmad Santoso
Kelas : Pai 1b
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah
Dosen: Drs. Abdul Kholiq
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sholat
5 waktu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena merupakan unsur terpenting dari kehidupan yang kita
tempuh didunia ini. Tidak terlepas dari itu sholat diposisikan sebagai bentuk pengabdian kita kepada Sang
Kholiq. Apalagi Sholat 5 waktu jika
dilaksanakan secara berjamaah, umat Islam berbondong-bondong melaksanakan sholat berjamaah secara
serentak menuju ke masjid, karena dengan kita menunaikan
sholat secara berjamaah juga bisa menciptakan kontak sosial yang begitu erat antara para jamaah lainnya dan juga
dihitung sebagai pahala yang besar di bandingkan
dengan sholat sendiri. Akan tetapi disisi lain banyak umat Islam kini kurang memerhatikan sholat berjamaah
karena banyak dari mereka mempunyai alasan tertentu
untuk menghindari sholat berjamaah. Contoh suatu misal, mahasisiwa yang disibukkan dengan aktivitas kuliah
yang membuat dirinya merasa lelah dan letih, ketika
adzan ashar berkumandang menandakan untuk sholat berjamaah ia pun mengabaikannya karena ia berfikir
waktu sholat masih panjang. Begitu juga yang sedang
dialami santri pondok pesantren Radhlatut Thalibin khususnya santri angkatan baru ketika sholat berjamaah berlangsung banyak sebagian dari mereka
bermalas- malasan menunaikan sholat
berjamaah dan ada juga yang datang untuk sholat
berjamaah dengan perasaan
tergesa-gesa atau keadaan terlambat. Lantaran banyak dari mereka banyak di pengaruhi salah satunya gadget,
sehingga melupakan sholat berjamaah.
Kita layaknya sebagai Santri tak sepantasnya mencontohkan yang tidak baik, karena santri ketika kelak sudah
berda dilingkup masyarakat akan menjadi suri tauladan
bagi yang lain dan juga menjadi kebanggan masyarakat karena mempunyai akhlakul karimah yang baik
B.
Rumusan
Masalah
Dari Kontruksi masalah diatas Penulis dapat mengambil rumusan
masalah sebagai berikut:
a.
Bagaimana
tingkat kedisplinan sholat berjamaah santri pondok pesantren Radhlatut Thalibin?
b.
Seberapa
besar tingkat kesadaran dalam sholat berjamaah bagi santri pondok pesantren
Radhlatut Thalibin?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui tingkat kesadaran
santri pondok Radhlatut Thalibin dalam sholat berjamaah.
D.
Metodologi
Penulisan
Tulisan ini
mengacu pada santrin angkatan baru pondok pesantern Radhlatut Thalibin sebagai
obyek penilitianyang didasarkan pada kajian metode dekriptif kuantitatif.
Terkait dengan pengambilan data menggunakan alat instrumen yang berupa angket
yakni memberikan pertanyaan kepada responden sejumlah 5 pertanyaan dengan
memberikan tanda check list pada kolom yang sudah tersedia. Pembagian kuesioner
pada responden dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2015.
E.
SIGNIFIKASI
Tulisan ini dibuat supaya dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
bagi para santri agar lebih memahami dan mengintropeksi diri bahwa meninggalkan
sholat berjamaah itu sangat tidak baik. Padahal sholat berjamaah di wajibkan
atas kaum pria tetapi masih banyak yang meninggalkan sholat berjamaah dan lebih
mementingkan urusan yang menurut mereka lebih penting dan mustahil untuk
ditinggal sebentar. Maka dari itu, ini merupakan tanggung jawab semua santri
untuk selalu meningatkan satu sama lain dalam sholat berjamaah. karena Sesibuk
apapun aktivitas yang menghampiri jangan
sampai meninggalkan sholat berjamaah.
Judul: “Eksistensi Seorang Santri Dalam Kontribusi Menerapkan Sisi
Keagamaan Di Lingkungan Manapun”
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Deskripsi
Data
Data yang
diperoleh dari hasil penilitian yang dilakukan santri angkatan baru pondok pesantren Radhlatut Thalibin pada tanggal 26 Desember
2015 dengam menggunakan alat instrumen data berupa angket yang telah
diisi oleh santri angkatan baru
pondok pesantern Radhlatut
Thalibin menunjukkan tingkat kesadaran dalam
sholat berjamaah. Dari angket yang sudah
masuk yang telah diisi oleh responden
menunjukkan kategori sering lebih dominan dari pada selalu dalam tingkat sholat berjamaah. Itu artinya rasa kesadaran santri
angkatan baru Radhlatut Thalibin masih kurang. Banyak orang berpendapat
bahwa yang membedakan antara santri
dengan lainnya yakni tingkat sholat berjamaah. Akan tetapi kenyataannya banyak dari sebagian santri kurang
memerhatikan sholat berjamaah, padahal mereka
sudah tahu akan pahala yang didapatkan dalam sholat berjamaah jauh lebih banyak dari pada sholat sendiri.
Salah satu penyebab dari
mereka kurang ada respon jika adzan memnaggil karena
sudah dipengaruhi canggihnya gadget yang sampai
melupakan pembagian waktu mereka yang diluangkan untuk sholat berjamaah.
Tetapi apa daya pengurus sudah berapa kali mengingatkan santri khususnya
angkatan baru agar lebih meningkatkan
kedislipinan dalam sholat berjamaah
tetapi tetap saja tidak ada hasilnya.
Semua bisa berubah itu berawal dari
diri mereka sendiri dengan disertai peringatan
dan juga nasihat yang bersifat
membujuk untuk lebih giat dalam sholat berjamaah.
2. Analysis
Data
Jumlah Pengisi Angket :
15 Orang
Kategori tinggi :
15-19
Kategori sedang :
10-14
Kategori rendah :
5-9
No
|
Nama
Responden
|
Nilai
|
1
|
Miftah Fallakh
|
12
|
2
|
Khoiron Hilmi
|
12
|
3
|
Abdul Haris Maulana
|
12
|
4
|
Ahmad Muzani
|
14
|
5
|
Ridwan Rudianto
|
13
|
6
|
Muhammad Arsul Maulan
|
10
|
7
|
Muhammad Zainun Nuqo
|
11
|
8
|
M. Fatku Rizqi
|
15
|
9
|
Rofi Andiyono
|
14
|
10
|
Agus Ma’ruf
|
9
|
11
|
M. Ilham S.Y
|
12
|
12
|
Fahmi
|
14
|
13
|
Fikri Gopari
|
14
|
14
|
Naelal Amami
|
15
|
15
|
Kamal najih
|
14
|
Ø
Jumlah : 191
Rata-rata :
12,73
Nilai Maksimum : 15
Nilai Minimum : 9
Kategori tinggi : 2
Kategori sedang : 12
Kategori rendah : 1
Ø
Presentase per kategori
a.
Kategori
tinggi : 2/15x100
= 13,33%
b.
Kategori
sedang : 12/15x100=80%
c.
Kategori
rendah : 1/15x100=6,67%
3.
Gagasan
1.
Tahap
Perkenalan
Santri
merupakan orang bisa dikatakan mendalami agama di pondok pesantren dengan
dibimbing oleh para kyai atau ustad yang mahir dan juga berkompoten dalam
persoalan bidang agama untuk bekal hidup kelak dimasa yang akan datang agar
tidak terjerumus dalam kerugian yang amat besar. Kita bisa dikatakan santri
apabila kita sudah mampu hidup secara mandiri tanpa agi bergantung dengan kedua
orang tua dalam hal apapun. Santri juga dikenal di sini akan ketekunan dalam
hal beribadah secara berjamaah.
a.
Paragaraf
1
Santri
di sini harus lebih dominan dalam segala apapun yang keterkaitan dalam agama,
dalam hal ini lebih difokuskan dalam beribadah secara berjamaah. Berjamaah
lebih di peruntungkan pada posisi bisa tidaknya meluangkan sedikitpun waktu
untuk sholat secara berjamaah tanpa ada suatu hambata baik intern maupun
ekstern. Banyak sebagian santri dalam melakukan sholat berjamaah selalu di
imbangi rasa ketidakinginan untuk selalu lebih awal dalam melakukan sholat
berjamaah yakni berda pada posisi depan dekat dengan iman. Akan tetapi malah
sering menjadi imam masbuk.
b.
Paragraf
2
Santri
harus lebih berperan dalam hal yang ada keterkaitan dengan persolaan agama
lebih khususnya dalam pengaktualisasian dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
dalam konteks ini lebih diprioritaskan dalam hal sholat 5 waktu yang
dilaksanakan secara berjamaah. Tetapi dalam
analysis data menunjukkan bahwa tingkat kesadaran yang dilakukan santri
khususnya santri pondok pesantern Radhlatut Thalibin cukup terbilang masih
kurang harus lebih ditingkatkan lagi.
c.
Paragraf
3
Dalam
hakikatnya santri adalah menjadi patokan atau suri tauladan bagi masyarakat.
Apabila kita sebagai santri masih saja mengulang kebisaan buruk dengan tidak
tepat waktu dalam sholat berjamaah bagaimana jika kita dimasyarakat sudah tidak
dipercayai lagi sebagai santri. Eksistensi kita sebagai santri sudah lagi terhapuskan
dengan tidak memerhatikan sholat berjamaah. Padahal sudah menjadi predikat
lebih antara santri dengan lainnya yakni dilihat dari istoqomah dalam hal
sholat berjamaah. Jika kita sebagai santri sudah barang tentu harus lebih
ditingkatkan lagi dalam hal sholat berjamaah dengan tertib dan teratur. Untuk
itu, santri satu dengan lainnya harus menasihati dan selalu mengingatkan dalam
hal sholat berjamaah, juga harus didasari pada diri sendiri untuk berkeinginan
sholat 5 waktu dengan berjamaah dan bertekad untuk menghilangkan rasa malas
yang kapan pun datang untuk menagkalanya dengan rasa semangat untuk langsung
bisa meluangkan waktu sholat berjamaah walaupun dalam keadaan diterpa
kesibukkan luar biasa.
4.
Penutup
Santri
yang memahami persoalan agama harus lebih mampu dalam mempraktekkannya dalam
kehidupan yang nyata. Khususnya menerapkan sholat berjamaah secara
terus-menerus. Tidak bisa dikatakan santri apabila kita tidak bisa menerapkan
sholat berjamaah sesuai dengan waktu yang ditentukan lebih khususnya santri
pondok pesantern Radhlatut Thalibin. Bukan berartikita sebagai santri angkatan
baru bermalas-malasan dalam sholat berjamaah harus di awali dengan rasa
semangat, tidak sebaliknya. Marilah kita sebagai santri sudah tentu mempunyai
sesuatu yang lebih dibandingkan yang tidak santri lebih mencontohkan kepada
yang lain dan tidak lain lebih berkontibusi dalam keterkaitannya persoalan
agama jika kita sudah berada di lingkungan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar